Gath SPN (Part of Dewi Nur Aisyah)




Lagi dan lagi, sesudah datang ke acara kemuslimahannya kamil tentang parenting. Besoknya ke acara gathering Pra Nikah. Menimba ilmu bisa dari mana saja bukan?

MasyaAllah, kekuatan teh Dewi berhasil sekali membuat saya ingin hadir di acara ini. Pertama kali tau Teh Dewi itu ketika di kepanitiaan RCA tahun lalu, untuk mengundang pembicara, salah satu dari kami menyarankan untuk mengundang teh Dewi. Tapi ga jadi, karena Teh Dewi nya sendiri sedang menempuh pendidikan di London. Dari situlah, aku mulai ngepoin tentang Teh Dewi ini. Dan masyaAllah, terkagum-kagum sekali dengan jalan hidup tetehnya yang begitu luar biasa. Jadi mahasiswa, seorang peneliti, seorang istri sekaligus seorang ibu untuk anak-anaknya. Tentu itu bukanlah kewajiban yang biasa-biasa saja. Tapi, luar biasa beratnya.

Karena sambil mobile jadi panitia, tidak semua ilmu terserap. Tapi, masih ada ilmu yang bisa diambil walaupun sebagian.

Sebagai manusia, pada hakikatnya, kita senantiasa dalam ruang tunggu. Bukan seberapa panjang waktu tunggunya, tapi apa yang kita lakukan selama di ruang tunggu. Tapi hakikatnya, dengan menunggu Allah ingin melihat kita mengatur waktu dengan sebaik-baiknya.

Lalu pertanyaannya, apa yg sudah dilakukan di ruang tunggu tersebut? Intinya, jangan mau menjadi pemuda yg biasa.

Hal yang bisa dilakukan

1. Jangan pernah berhenti menuntut ilmu
Harus meluruskan niat menuntut ilmu karena Allah

2. Maksimalkan potensi
Karena tidak ada yg tau jodoh akan datang kapan. Jadi, gali ladang amal, seperti les les, tahsin, talaqqi, tahfidz, ikut kajian, ikut kursus. Ketika mengharapkan pasangan yg baik, maka mau tidak mau kita harus meng-upgrade diri kita sendiri. Teh Dewi dulu ikut les bahasa Arab, Jepang, Jerman, sebelum menikah.

3. Bermanfaat dan mengukir prestasi
Teh Dewi dulu pernah menjadi pembimbing lomba internasional dan lolos ke Kairo.

4. Berkarya dan berdaya
Waktu setelah menikah berbeda dengan yg single. Jika skrg masih luang, maka harus dimaksimalkan. Teh Dewi, mengemban 13 amanah di tempat yg berbeda. Jangan lelah untuk bermanfaat.
Tak perlu lah ku ragu, karena skenario terindahnya yg selalu iringi jalan berliku. Kadang harus menunggu, lain waktu akan digantikan dengan yg lebih baik. Allah akan menjawab semua doa.

Tidak masalah mau menemukan atau ditemukan. Karena pada hakikatnya, Allah yang mempertemukan kita. Pernikahan bukan seberapa cepat atau lambatnya, tapi seberapa barokahnya di waktu itu, waktu penantian. Dan bagaimana kita menjemput jodoh kita? Dengan kenaikan atau kemurkaan? Maka jemputlah ridho Allah dengan maksimal.

Dulu teh Dewi menikah di usia 22 tahun, sempat bekerja setahun, 4 bulan setelah menikah langsung 
lanjut S2.

Hakikatnya, menentukan ya atau tidak bukan ditangan kita. Tapi ditangan pencipta. Jika memang jodoh kita, Allah juga mudahkan jalannya. Kita tidak pernah tau siapa jodoh kita, walaupun dia diluar kriteria kita, maka akan jadi masuk kriteria. Dan tidak tau kapan datangnya.

Kriteria teh Dewi dulu, yg penting teh Dewi bisa sekolah setinggi tingginya. Tidak ada kriteria lain.
Untuk hidup bersama orang lain, maka perencanaan merupakan hal yang penting. Rencana tersebut harus dibicarakan sebelum menikah, jangan sesudah. Biar bisa sevisi, satu persepsi. Kehidupan rumah tangga akan lebih harmonis.

Semisal kalo mau S2, mau ditinggal atau ikut? Rencanakan semua dari awal.
Bagaimana jika tidak sesuai ekspektasi? Tidak apa apa, pikirkan saja jika Allah memberikan waktu untuk kita melakukan kebaikan-kebaikan. Ada hikmah dalam setiap urusan. Anggaplah, skenario yang Allah beri saat ini merupakan skenario terbaik.

Kunci dalam memulai sesuatu itu berani. Karena dulu suami teh Dewi pun kondisinya belum terlalu mapan. Tapi itu sudah konsekuensi nantinya, insyaAllah akan dipermudah oleh Allah.

Pada akhirnya, teh Dewi sama suami S2 dan S3 bareng. Bagaimana caranya suami istri bahu-membahu saling membangun mencapai tujuan bersama. Jika tujuan nya jelas, walaupun dengan cara yg berbeda, maka tercapai terlihat kejelasannya.

Dalam setiap urusan, pasti akan selalu ada hambatan yang menyertai. Intinya, kita harus melibatkan Allah dalam setiap urusan. Menikah itu ibadah yang panjang, paling lama dalam hidup kita. Pahalanya ngalir sepanjang kita melakukan kebaikan-kebaikan.

Seperti yang kita ketahui, wanita itu hatinya labil, mudah bergejolak, mudah berubah, tidak karuan, di approach dikit bisa kena. Bisa jadi, ketika kamu sudah berproses dengan si Ikhwan A datang Ikhwan B yang lebih baik segalanya. Maka jangan bingung, bisa jadi itu ujian, mantapkanlah hati pada yg sudah di jalani. Jika kita mengambil pilihan dengan melibatkan Allah di setiap jalannya, maka jangan merasa ragu.

Proses membangun visi misi:
 
Kang aryo (pembicara satu lagi) orangnya tidak suka berplanning. Sambil jalan, visi misi terbentuk atas dasar keinginan keinginan istri dan suami. Kapan punya anak, kapan S3 itu dirumuskan bersama. Jangan sampai kita malas berkontribusi, jika kita sibukkan diri kita diluar, maka Allah akan beri kemudahan hidup kita. Karena visinya berkontribusi, maka kang aryo dan istri harus menaikkan kualitasnya.

Teh Dewi menjelaskan jika merumuskan visi yang sama, maka harus dengan visi yang besar, maka tidak akan berhenti di pertengahan. Misal untuk berkarya, dll.
Fungsi keluarga yaitu mencari teman sampai ke surga. Dengan menikah, kita punya teman untuk mengingatkan.

Ketika Allah cinta dengan hambanya, maka Allah akan menjadi penglihatannya pendengarannya dll. Jadi jangan hanya ketika butuh, tapi dekati Allah setiap waktu. Dijaga keikhlasan kita, dijaga kedekatan dengan Allah setiap waktu.

Kita gaakan tahu dia seperti apa. Yg dianggapnya sempurna, bisa jadi tidak sempurna. Jika datang lamaran, maka istikharah dulu. Tanya orang lain dulu tentang kepribadian, dia orangnya seperti apa.
Skenario Allah itu bisa jadi ujian untuk orang tersebut. Jika ada kerikil, dll, itu merupakan bagian dari ujiannya. Jika dari pernikahan, banyak kebaikan yg mendorong kita untuk beramal walaupun itu dalam bentuk ujian. Libatkan Allah dalam setiap prosesnya.

Maka berlombalah kita agar menjadi hambar yang special di mata rabb-Nya, yang bersinar karena iman, yang mulia karena keikhlasan, yang menaiki anak tangga ketaqwaan dengan perjuangan dan kesabaran menghadapi ujian. Sudah pasti di tengah-tengah perjalanan akan hadir begitu banyak cobaan dan tantangan, hanya ketaatan dan ketaqwaan lah yang menjadi bekal. Selamat mengukir cita, menyelaras cinta, menjemput asa, menjadi pribadi bermanfaat untuk semesta. (Dewi Nur Aisyah).


Komentar