Bicara mengenai hidup, yang selalu memberikan kejutan yang begitu hebat. Hidup itu selalu unexpected, ada ini ada itu, kadang yang disana atau bahkan yang tidak terduga disini. Jadi, kalo selama hidup pandangan kita lurus aja ga nengok kanan atau kiri, itu bahaya. We must survive. karena banyak hal tidak terduga dalam hidup. Dibutuhkan plan a, b, c, d, e, dll. Lalu, kita cuma bikin kerangkanya aja, sisanya ya gimana nanti improvisasinya, let it go, let it flow. Coba adaptasi kalau ada sesuatu yang terjadi tidak sesuai harapan, kalo engga ya nanti stress sendiri.
Sisi lain dari kehidupan yaitu kegagalan. Pertanyaannya, apakah kegagalan itu salah? Tentu hal tersebut adalah hal yang wajar. Tergantung pendefinisian gagal tersebut. Ada yang berpikir jika tidak menuruti mindset yang ada di masyarakat, maka itu gagal. Mindset apakah itu? Mindset seperti kuliah tinggi tapi tidak sesuai dengan pekerjaan yang didapatkan, tidak masuk PTN ternama, tidak menikah tepat waktu karena terlalu mengejar karir, tidak mempunyai anak padahal udah lama menikah. Apakah hal-hal tersebut salah? Jawabannya sesuai dengan mindset yang selama ini ada di pikiran kita sendiri. Tentu, jika kita menghargai setiap detik yang kita lalui dan merasa itu berharga, semua pencapaian hidup yang walaupun hal tersebut salah di mata orang-orang, itu bukan kegagalan. Apa salahnya dengan pekerjaanmu sekarang kalo ternyata enjoynya hidup itu didapatkan dari hal tersebut. Lalu apa salahnya menikah tua jika memang ada target yang perlu dicapai dan dari target itulah kebahagiaan dicapai. Lalu apa salah jika tidak masuk PTN ternama? Padahal keberkembangan otak manusia itu tidak bergantung pada lingkungannya tapi pada manusia itu sendiri.
Memang perlu dipahami bahwa mindset yang tertanam di masyarakat, kesuksesan itu menjurus pada hal-hal yang bersifat realistis dan goal umum yang terlihat dengan sangat jelas, diukur dari ketenaran dan posisi.
Tentu, ada beberapa titik kehidupan yang menjurus pada kegagalan dan memang kita merasa gagal. Namun, perlu pembiasaan akan kegagalan itu harus dilakukan. Maka, hilangkanlah ekspetasi. Saya itu orangnya ambisius. Keambisiusan yang jika tidak terealisasi maka rasanya sangat menyakitkan dan kekecewaan yang mendalam. Sebenernya, tidak ada yang salah dengan ambisius. Salah satu dosen pernah bilang kalo ambisius itu boleh tapi disertai dengan diri yang mumpuni. Nah, biar apa? Biar target-target tercapai dan tidak ada rasa bersalah yang mendalam jika tidak tercapai. Nah, negatifnya ketika hal 'kegagalan' menghampiri, boleh jadi, si ambisius itu penyakit hati dan buat hidup jadi gampang gelisah. Jadinya bikin kita fokus ke orang lain. Perlu dicatet, kalo hidup itu bukan perlombaan, bukan lomba pacuan kuda atau di arena ferari, yang keliatan ada finish yang jelas. Semua orang punya finishnya masing-masing dengan treknya yang berbeda-beda. Menjadi seseorang yang telat setaun daripada yang lain tidak bisa didefinisikan kegagalan. Pernah mendengar istilah, mundur satu langkah untuk mendapatkan keberhasilan yang berkali-kali lipat? Boleh jadi langkah yang disetting oleh Allah itu seperti itu. Bukan semata-mata kegagalan, tapi karena memang sudah ada jalannya yang harus ditempuh di lain trek.
Hidup itu eksperimen, jika ada kegagalan maka ada keberhasilan. Yang penting, bisa ga sih keluar dari mindset itu? kesannya jadi salah, padahal mindset kita bilang ini udah bener. Tapi karena terlalu banyak mencampur adukkan pendengaran dan pemikiran, jdarr! Pusing sendiri. Gimana cara tidak takut kegagalan atau istilahnya menerima gagal itu? Caranya ya berusaha buat ikhlas. Inget lagi ke niat, inget Allah, jangan niat karena orang lain, jangan terlalu banyak ekspetasi terutama di masalah outcome. Berdirinya seseorang itu bukan semata-mata, 'gue bisa sendiri', tapi karena ada Allah yang selalu membantu setiap masalah dan kehidupan kita. Maka, kesuksesan dan kegagalan pun merupakan bagian dari rencana Allah yang kita tidak tahu apa-apa goalnya.
Penting banget nih, perlu banget buat menghargai usaha yang telah dilakukan. Percaya kalo kita itu capable, apresiasi setiap hard work yang udah dilakuin. love your life. Jangan coba-coba buat compare hidup dengan orang lain. Damai sama diri sendiri dan jangan iri sama orang lain. Contohnya, di instagram sering banget orang-orang yang mengumbar-ngumbar kehidupan mewah dan menyenangkan versi mereka. Mereka yang main terus, cantik banget. But, we have our own life. Jangan gara-gara versi mereka yang keliatannya asik, versi bahagia kita bentuknya jadi sebuah keraguan.
Setiap orang punya capable nya masing-masing. Saya bisa kuliah di universitas ternama, makan ga susah, tempat tinggal juga ada, banyak orang yang sayang, temen banyak, keluarga selalu ngasih perhatian yang luar biasa, terus mau apa lagi? Bersyukur itu kunci hidup. Lalu ikhlas.
Dan yang terpenting, goals itu ada buat tetep terpacu akan kehidupan ini, appreciating your life. Karena hidup itu playground for learn. Setiap masalah, tangisan, keberhasilan, kegagalan, itu semua ajang pembelajaran buat diri sendiri yang pastinya berbeda dari yang lain.
Sisi lain dari kehidupan yaitu kegagalan. Pertanyaannya, apakah kegagalan itu salah? Tentu hal tersebut adalah hal yang wajar. Tergantung pendefinisian gagal tersebut. Ada yang berpikir jika tidak menuruti mindset yang ada di masyarakat, maka itu gagal. Mindset apakah itu? Mindset seperti kuliah tinggi tapi tidak sesuai dengan pekerjaan yang didapatkan, tidak masuk PTN ternama, tidak menikah tepat waktu karena terlalu mengejar karir, tidak mempunyai anak padahal udah lama menikah. Apakah hal-hal tersebut salah? Jawabannya sesuai dengan mindset yang selama ini ada di pikiran kita sendiri. Tentu, jika kita menghargai setiap detik yang kita lalui dan merasa itu berharga, semua pencapaian hidup yang walaupun hal tersebut salah di mata orang-orang, itu bukan kegagalan. Apa salahnya dengan pekerjaanmu sekarang kalo ternyata enjoynya hidup itu didapatkan dari hal tersebut. Lalu apa salahnya menikah tua jika memang ada target yang perlu dicapai dan dari target itulah kebahagiaan dicapai. Lalu apa salah jika tidak masuk PTN ternama? Padahal keberkembangan otak manusia itu tidak bergantung pada lingkungannya tapi pada manusia itu sendiri.
Memang perlu dipahami bahwa mindset yang tertanam di masyarakat, kesuksesan itu menjurus pada hal-hal yang bersifat realistis dan goal umum yang terlihat dengan sangat jelas, diukur dari ketenaran dan posisi.
Tentu, ada beberapa titik kehidupan yang menjurus pada kegagalan dan memang kita merasa gagal. Namun, perlu pembiasaan akan kegagalan itu harus dilakukan. Maka, hilangkanlah ekspetasi. Saya itu orangnya ambisius. Keambisiusan yang jika tidak terealisasi maka rasanya sangat menyakitkan dan kekecewaan yang mendalam. Sebenernya, tidak ada yang salah dengan ambisius. Salah satu dosen pernah bilang kalo ambisius itu boleh tapi disertai dengan diri yang mumpuni. Nah, biar apa? Biar target-target tercapai dan tidak ada rasa bersalah yang mendalam jika tidak tercapai. Nah, negatifnya ketika hal 'kegagalan' menghampiri, boleh jadi, si ambisius itu penyakit hati dan buat hidup jadi gampang gelisah. Jadinya bikin kita fokus ke orang lain. Perlu dicatet, kalo hidup itu bukan perlombaan, bukan lomba pacuan kuda atau di arena ferari, yang keliatan ada finish yang jelas. Semua orang punya finishnya masing-masing dengan treknya yang berbeda-beda. Menjadi seseorang yang telat setaun daripada yang lain tidak bisa didefinisikan kegagalan. Pernah mendengar istilah, mundur satu langkah untuk mendapatkan keberhasilan yang berkali-kali lipat? Boleh jadi langkah yang disetting oleh Allah itu seperti itu. Bukan semata-mata kegagalan, tapi karena memang sudah ada jalannya yang harus ditempuh di lain trek.
Hidup itu eksperimen, jika ada kegagalan maka ada keberhasilan. Yang penting, bisa ga sih keluar dari mindset itu? kesannya jadi salah, padahal mindset kita bilang ini udah bener. Tapi karena terlalu banyak mencampur adukkan pendengaran dan pemikiran, jdarr! Pusing sendiri. Gimana cara tidak takut kegagalan atau istilahnya menerima gagal itu? Caranya ya berusaha buat ikhlas. Inget lagi ke niat, inget Allah, jangan niat karena orang lain, jangan terlalu banyak ekspetasi terutama di masalah outcome. Berdirinya seseorang itu bukan semata-mata, 'gue bisa sendiri', tapi karena ada Allah yang selalu membantu setiap masalah dan kehidupan kita. Maka, kesuksesan dan kegagalan pun merupakan bagian dari rencana Allah yang kita tidak tahu apa-apa goalnya.
Penting banget nih, perlu banget buat menghargai usaha yang telah dilakukan. Percaya kalo kita itu capable, apresiasi setiap hard work yang udah dilakuin. love your life. Jangan coba-coba buat compare hidup dengan orang lain. Damai sama diri sendiri dan jangan iri sama orang lain. Contohnya, di instagram sering banget orang-orang yang mengumbar-ngumbar kehidupan mewah dan menyenangkan versi mereka. Mereka yang main terus, cantik banget. But, we have our own life. Jangan gara-gara versi mereka yang keliatannya asik, versi bahagia kita bentuknya jadi sebuah keraguan.
Setiap orang punya capable nya masing-masing. Saya bisa kuliah di universitas ternama, makan ga susah, tempat tinggal juga ada, banyak orang yang sayang, temen banyak, keluarga selalu ngasih perhatian yang luar biasa, terus mau apa lagi? Bersyukur itu kunci hidup. Lalu ikhlas.
Dan yang terpenting, goals itu ada buat tetep terpacu akan kehidupan ini, appreciating your life. Karena hidup itu playground for learn. Setiap masalah, tangisan, keberhasilan, kegagalan, itu semua ajang pembelajaran buat diri sendiri yang pastinya berbeda dari yang lain.
Komentar
Posting Komentar