Hijrah

Lembayung menggantung di pelupuk senja. Menerpa setiap pandangan cerah. Aku menatap senja itu, menggantungkan tangan ke atas. Mencoba mencapai kuningnya senja di sore itu. Aku melamun, mengingat masa sulit. Keputusan untuk memulai. Kini, aku sudah berada di pertengahan dan tidak bisa begitu saja untuk berhenti. Perjalanan untuk sampai senja kali ini cukup melelahkan bukan? Cukup banyak keluh-kesah, tangis yang aku lewati. Aku tidak bisa hanya cukup berkata, aku menyerah. Tidak bukan? Tidak seperti itu. Itu cukup mudah untuk dilakukan. 

Jalan hijrah tidak semudah itu. Hijrah itu proses untuk lebih baik. Dari hitam menjadi putih. Wajar saja jika perjalanan untuk menjadi putih tidak semudah mencuci baju kotor. Bahkan baju kotor pun tidak akan sebening semula. 

Di masa sulit ini, terkadang aku ingin kembali ke masa yang lalu. Masa yang aku rasa indah dan menyenangkan. Dunia milik sendiri dan bahagia. Tidak. Tidak semudah, sebahagia dan semenyenangkan itu. Banyak akibat di dalamnya.

Pada dasarnya, setiap manusia mempunyai jalan hijrahnya masing-masing. Hanya saja masalah waktu. Waktu yang mempertemukan kebenaran untuk orang yang siap berhijrah. Karena orang yang bisa bertahan, konsisten dalam pilihannya, yang akan menang hingga akhir. Karena hijrah adalah perjalanan indah tapi penuh lika-liku di dalamnya. Ada awal akan ada akhir bukan? Tapi akhir seperti apa yang kita inginkan? Usaha sejauh ini,siapa yang mau hanya terbalaskan dengan senyum kecut?
Maka bersabarlah. Allah bersama orang-orang yang sabar.

Komentar