Inspirational Talkshow

Hijrah bukan tentang siapa yang lebih awal, tapi tentang seseorang yang bisa bertahan sampai garis akhir. -Febrianti Almeera.

Talkshow Jasmine P3RI 1440 H selesai dilaksanakan di Aula Timur ITB. Seperti talkshow-talkshow sebelumnya, kali ini pun sangat menginspirasi. Tentang hijrah dan hidayah yang perlu dipinta dalam setiap detik hidup kita. Seperti yang selalu dilafadzkan dalam setiap shalat kita "ihdinashirratal mustaqim" yang artinya tunjukanlah kami jalan yang lurus. Sebuah do'a yang seminimalnya dibaca 5 kali sehari. 

Pembicaranya itu seorang istri dan perempuan yang sangat hebat. 

Pada zaman dahulu, lahirlah seorang pembawa kebenaran, seorang Rasul akhir zaman yaitu Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW, waktu itu membuat ekonomi kacau karena ajarannya yang tidak memperbolehkan produksi patung, padahal patung pada saat itu menjadi penghasilan yang besar. Patung tersebut dilarang Nabi Muhammad SAW sebab kala itu menjadi benda yang disembah dan dipertuhankan. Padahal, patung itu benda mati. Kekacauan tersebut sampai ke telinga Umar Bin Khattab, Umar langsung ingin membunuh Nabi Muhammad SAW. Di teriknya siang hari, Umar menenteng pedang menuju rumah Nabi Muhammad SAW. Dia bersiap untuk membunuh Nabi. Namun, di pertengahan jalan, Umar bertemu dengan seseorang yang membuat langkah Umar terhenti. Dikabarkan bahwa adik yang sangat disayangi Umar, Fatimah, telah menjadi bagian dari Nabi Muhammad SAW. Umar langsung berlari ke rumah Fatimah dan didapati Fatimah yang sedang membaca Al-Qur'an QS Toha. Umar marah besar sampai menampar adiknya yang sangat disayangi sedari kecil itu. Namun Umar tersadarkan, mengapa dia sampai menampar Fatimah. Mulanya Umar marah, namun dia meminta Fatimah untuk membacakan kembali surat tersebut. Setelah mendengarkan dengan baik, Umar meneteskan air mata. Hal tersebut membuka mata bahwa Umar telah mendapat hidayah. "Barang siapa yang telah mendapat hidayah, maka peganglah erat-erat, tambah dan tambahlah lagi keimanan itu"

Sewaktu kita belum lahir ke dunia, kita berada dalam rahim yang begitu sempit. Lalu kita lahir ke dunia yang ternyata sempit juga. Sehingga apa sih yang lapang? Iman, islam, takwa, sabar, optimis dan tawakal lah kuncinya.  Sehingga kita bisa mempercayakan kepada Allah segala sesuatu. Sesuatu yang telah kita ikhtiarkan, ikhtiar lah dengan maksimal. Karena jika masalah hasil, itu sudah urusan Allah.

Salah satu penyebab tidak mendapat hidayah yaitu adanya do'a yang tidak baik dari orang lain. Allah pencipta yang memberi hidayah kepada hamba-Nya. Namun, manusia cenderung menutup mata dan telinga. Mereka tidak menggunakan mata sesuai dengan yang dibutuhkan yaitu mencari kebenaran tapi malah bergerak sesuai keinginan. Momen hijrah terbaik yaitu memegang dan mempertahankan hidayah tersebut.

Hijrah itu tidak mudah. Suatu ketika, ada suatu pemuda yang akan pergi ke madinah dan mempunyai maksud untuk bertemu Nabi Muhammad SAW. Pemuda itu seorang penyair. Di kala itu, penyair merupakan sebuah profesi yang sangat bisa dengan mudahnya mempengaruhi sekitarnya. Namun, di perjalanan dia di hadang oleh teman-temannya. Teman-temannya menceritakan bahwa islam banyak sekali larangan, mulai dari tidak boleh bermain dengan perempuan lagi, ada pajak untuk harta, dll. Hal yang ditekankan disini yaitu akan banyak sekali lifestyle lama yang akan berbeda sekali ketika kita hijrah. 

Jika kita terlambat, tak apa, tetaplah kejar kasih sayang Allah.

Masa lalu sekelam apapun, tidak bisa mendiskriminasi masa depan yang masih bersih. Tanda ketika kita sudah hijrah yaitu sudah tidak malu jika menceritakan masa lalu kita kepada orang lain karena intinya kita sudah move on. 

Jika kita bisa menyukai seseorang yang pemaaf, maka sudah seharusnya kita bisa mencintai dan sangat cinta kepada sang maha pemaaf. Yang mana, ketika suatu proses hijrah tersebut berjalan, sewajarnya jika manusia yang penuh dengan khilaf masih suka melakukan kesalahan dan kesalahan, lagi dan lagi. Tapi, tak bosannya Allah selalu merangkul dan memberikan pelukan terbaik. 

Seorang muallaf, Larrisa Chou menceritakan kisahnya yang hijrah masuk islam. Dia belajar sendiri untuk bisa mengenal islam. Dimulai dari keraguan dan rasa penasarannya kepada islam. Namun, begitu sulitnya ketika mencoba belajar dengan keadaan sekitarnya yang tidak mendukung. "Betapa sulitnya berbeda dengan keluarga apalagi ibu". Rintangannya begitu banyak, mulai dari dijauhi teman, adaptasi baru, orang tua yang menentang hingga depresi. Banyak kesedihan yang harus dia lalui, mulai dari berbedanya tempat ibadah, natal yang tidak pernah dirayakan lagi hingga pola dan cara makan yang berbeda. Pada akhirnya, orang tuanya bisa menerima anaknya dan mencoba beradaptasi. "Kita harus bisa dan mau mengambil keputusan serta langkah dalam hidup. Perbedaan itu ada. Maka dakwahlah dengan cara yang lembut" -Larissa Chou.

Jika manisnya iman sudah terasa, maka si rasa enaknya itu ingin sekali untuk dibagi-bagi. Analoginya seperti menonton film, jika film tersebut rame dan asik maka kita akan dengan senangnya menceritakan kepada orang lain dan membuat orang lain harus menontonya juga. Seperti itulah jika kita sudah merasakan buahnya iman. 

Surga itu luas bukan? Yuk ajak teman-teman lain untuk mengepakkan sayap bersama di dunia ini. Agar di akhirat nanti bisa mendapatkan posisi dan tempat terbaik. Karena sesungguhnya dunia begitu fana. Janganlah engkau mencari dunia, karena akan sulit didapatkan. Jika orientasi akhirat, maka dunia pun mengikuti. Allah itu tipe yang suka memberi arah. Jangan sampai terlewat karena pura-pura tidak melihat. Jangan sampai kebaikan yang sudah seharusnya kita dapatkan namun malah terbuang dan terlewat dengan percuma. 

Komentar